Melansir jurnal sejarah Antara Cerita dan Sejarah: Meriam Cetbang Majapahit karya Muhammad Averoes, senjata ini diperkirakan pertama kali dibuat dari bahan perunggu. Baru pada awal abad ke-16, Catbang mulai dibuat dari besi cor dan memiliki berbagai variasi ukuran mulai dari 1-3 meter. Raffles dalam buku The History of Java menyebutkan, meriam telah banyak digunakan di Jawa khususnya Majapahit khususnya sejak masa Majapahit.
Panglima angkatan laut Majapahit yang terkenal dengan meriam Cetbang adalah bangsawan dari pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi dan Hayam Wuruk bernama Mpu Nala.
Dalam Kakawin Negarakertagama, Mpu Nala mendapat gelar “Wira Mandalika”. Gelar ini disandang setelah jasanya atas perluasan wilayah Majapahit. Dalam Wirama 72 bait 2-3 disebutkan, ia sebagai keturunan orang cerdik yang mampu menghancurkan musuh di Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Dalam kapal-kapal perang Majapahit yang disebut Jong Majapahit, biasanya ditempatkan Cetbang dengan ukuran 3 meter. Cetbang dipasang sebagai meriam tetap atau meriam putar. Sedangkan Cetbang ukuran 1 meter umumnya berupa meriam tangan yang digunakan oleh setiap prajurit Majapahit di darat atau di kapal-kapal kecil.