JAKARTA, iNews.id - Cerita tentang dahsyatnya Cetbang, senjata api canggih di masa Kerajaan Majapahit mungkin belum diketahui banyak orang. Cetbang disebut sebagai senjata api sejenis meriam yang digunakan oleh militer Majapahit baik di darat maupun di laur.
Jenis meriam ini diperkirakan menjadi salah satu senjata andalan Majapahit selama masa 1293-1527 M. Dalam buku Keris and Other Malay Weapons (1936) karya Gerald Gardner, disebutkan bahwa istilah Cetbang juga dikenal sebagai 'Bedil' dan dalam bahasa Tamil dikatakan sebagai 'Wedil' atau 'Wedia'.
Istilah Cetbang sebenarnya bukan baru-baru ini saja dikenal. Beberapa karya sastra sejarah telah menyinggung adanya senjata ini di masa lalu.
Misalnya saja dalam novel Tanah Semenanjung 2 karya Putu Praba Darana tahun 1988, atau dalam Gema di Ufuk Timur 2 yang terbit tahun 1989. Dan yang paling terkenal adalah novel sejarah Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer tahun 1995 yang juga menyinggung informasi mengenai Cetbang.
Diakui atau tidak, istilah Catbang kemudian dikenal luas oleh masyarakat Indonesia saat ini berkat informasi dari dalam novel tersebut. Lantas apa sebenarnya Catbang dan sedahsyat apa senjata api tersebut?
Di Nusantara, teknologi bubuk mesiu diperkirakan telah dikenal saat serangan Mongol ke Jawa pada tahun 1293. Buku Sejarah Dinasti Yuan (Yuan Shi) mencatat, pasukan Mongol-Cina menggunakan senjata bernama pao atau p'au sebelum menyerang Daha (sekarang Kediri).
Setelah serangan dari pasukan Kubilai Khan yang dipimpin oleh Ike Mese yang bekerjasama dengan Raden Wijaya (Pendiri Majapahit) untuk menggulingkan Kertanegara, teknologi senjata mesiu akhirnya mulai dipakai.