Debat Capres, Berharap Apa?

Agung Legiarta
Pasangan capres dan cawapres Jokowi-Ma'ruf bersama Prabowo-Sandi dalam debat pertama pilpres di Hotel Bidakara, Jakarta, 17 Januari 2019. (Foto: Antara).

Kedua, narasi dan argumentasi. Ini bagian penting dalam debat di mana kandidat dengan argumentasi koheren, menyodorkan bukti, mampu menyanggah klaim lawan, serta menghubungkan ide-ide dan simbol, dalam sebuah narasi menarik bisa memenangkan debat.

Ketiga, kredibilitas. Hal ini betul-betul diperhitungkan di era media, dimana kredibilitas dan kemampuan menghasilkan image kredibel dalam televisi. Keempat, komunikasi nonverbal. Bagi sebagian pemilih menjadi petunjuk sederhana di tengah kesulitan mencerna statement kebijakan atau bahasa politik yang rumit. Apalagi ketika stasiun televisi menyiarkan layar terpisah, di mana penonton dapat memperhatikan emosi dan gerak-gerik kandidat. Merujuk empat poin ini, bagaimana menurut Anda evaluasi debat kemarin?

Para ahli mengibaratkan debat sebagai format dari interviu pekerjaan yang secara ritualnya berorientasi image atau pencitraan (jual diri). Di sisi politis lain yang menjadi PR, bagaimana seseorang ditempatkan sebagai presiden baik penampilan dan perilakunya, pemahaman mendalamnya akan isu, dan terutama sekali, kapabilitas memimpin negeri.

Pascareformasi, praktis debat presiden baru digelar kurang lebih empat kali, yakni pada tahun 2004, 2009, 2014 dan pemilu presiden tahun ini. Masih ada tiga kali lagi debat tersisa untuk tahun ini, mari berbenah. Memang tidak linier dibanding-bandingkan ala debat AS sana, tapi kita punya asa untuk menyodorkan suasana debat yang berkualitas.

Misal, berupaya mewujudkan debat setajam kandidat presiden Gerald R Ford dan Jimmy Carter pada tahun 1976. Ini debat yang betul-betul menguji kapabilitas kandidat. Kala itu, selama satu setengah jam, isu strategis Ford dan Carter dikuliti habis oleh panelis, yakni 1 kolumnis dan 2 penulis editorial Washington Post dan Los Angeles Times.

Di sisi lain, percakapan publik perlu dipelihara dari yang pro dan kontra, sekalipun yang tendensi tipis bibir alias nyinyir, karena toh memang tidak terelakkan. Namun untuk mengadu ke Bawaslu, semua pihak perlu membatasi diri. Saya rasa, konsultan masing-masing kandidat paham betul kalau itu tidak perlu.

Editor : Zen Teguh
Artikel Terkait
Internasional
1 tahun lalu

Wah, Pemimpin Demokrat Disebut Buka Peluang Batalkan Pencalonan Biden di Pilpres AS

Internasional
1 tahun lalu

Nah! Demokrat Sebut Joe Biden Tak Akan Menang Lawan Donald Trump di Pilpres AS 2024

Internasional
1 tahun lalu

Desakan Mundur dari Demokrat Disebut Makin Besar, Pencapresan Joe Biden di Ujung Tanduk?

Internasional
1 tahun lalu

Terungkap! Joe Biden Nyaris Tak Bisa Ngomong sebelum Debat Perdana dengan Donald Trump

Internasional
1 tahun lalu

Para Donatur Kampanye Resah dengan Biden, Bakal Cari Capres Pengganti buat Lawan Trump?

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal