JAKARTA, iNews.id - Jelang akhir 2018, bencana kembali mengguncang Tanah Air. Tsunami di Selat Sunda menyapu semua bangunan di tepi Pantai Pandeglang, Banten. Tidak hanya Pandeglang, namun ada empat kabupaten lain yang terdampak gelombang dahsyat itu yakni, Kabupaten Serang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus.
Tsunami Selat Sunda sungguh tak terduga. Simpang siur informasi membuat warga semakin bingung. Bahkan melalui akun resmi media sosialnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) awalnya menginformasikan apa yang terjadi bukan tsunami, melainkan hanya gelombang pasang. BMKG akhirnya meralat informasi tersebut.
Tsunami diduga terjadi akibat dampak dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Sementara itu, Menteri ESDM Ignasius Jonan justru menyebut penyebab lain terjadinya tsunami di Selat Sunda. Menurut Jonan, tsunami tersebut bukan dari aktivitas vulkanik Anak Krakatau.
Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia. Berlokasi di Selat Sunda seharusnya menjadikan warga sekitar meningkatkan kewaspadaan.
Sementara itu, hingga tujuh hari pasca-tsunami, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 431 orang meninggal dunia, 7.200 korban luka, 15 orang hilang dan lebih dari 40.000 orang mengungsi akibat bencana itu.