JAKARTA, iNews.id - Inilah deretan tokoh yang menentang sistem tanam paksa dari Belanda. Pada tahun 1830, situasi ekonomi di Belanda sangat buruk dan beban hutang semakin meningkat.
Untuk mengatasi hal ini, Van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia dengan tujuan mencari solusi untuk mengisi kekurangan anggaran negara.
Van den Bosch kemudian mengorganisir tenaga kerja penduduk setempat untuk melakukan penanaman tanaman komoditas yang hasilnya bisa dijual di pasar global. Sistem ini dikenal sebagai tanam paksa atau Cultuur Stelsel.
Setiap desa diwajibkan menyisihkan sebagian lahan mereka untuk menanam komoditas ekspor seperti kopi, tebu, dan indigo. Rincian mengenai sistem tanam paksa ini tercantum dalam dokumen resmi pada tahun 1834 Nomor 22.
Namun, sistem tanam paksa yang diterapkan oleh Belanda mendapat kritik dari berbagai pihak. Akibat tekanan tersebut, Belanda akhirnya menghapus sistem tanam paksa.
Berikut beberapa tokoh yang menentang sistem tanam paksa sebagaimana dirangkum dari beberapa sumber:
Lahir pada 14 Juli 1812, Wolter Robert van Hoëvell adalah seorang reformis, politikus, menteri, dan penulis asal Belanda. Ia melakukan penentangan terhadap Tanam Paksa semata-mata atas dasar kemanusiaan dengan tujuan menghapuskan sistem tersebut.
Pada tahun 1848, ia sering kali melakukan protes terhadap kebijakan pemerintah Belanda yang tidak mendukung kepentingan rakyat. Namun, gerakan penentangan yang dilakukannya mendapat tanggapan negatif dari pemerintah Belanda, sehingga ia diusir karena dianggap sebagai orang radikal.
Eduard Douwes Dekker adalah seorang penulis Belanda yang sering mengkritik perlakuan yang buruk terhadap penduduk pribumi di Hindia Belanda melalui karyanya. Penulis asal Belanda ini lahir pada tanggal 2 Maret 1820.
Selain itu, ia juga berjuang untuk nasib bangsa Indonesia dengan menentang tanam paksa yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia. Salah satu bukunya yang terkenal adalah Max Havelaar. Dalam buku ini, Eduard Douwes Dekker menggambarkan penderitaan rakyat akibat penerapan tanam paksa.
Isaäc Dignus Fransen van de Putte, lahir pada tanggal 22 Maret 1822, adalah seorang politikus liberal terkemuka di Belanda pada paruh kedua abad ke-19. Ia memulai karirnya di bidang angkatan laut dan dikenal sebagai penentang tanam paksa yang dilakukan oleh pemerintah Belanda.
Bersama dengan tokoh lainnya, seperti Douwes Dekker, ia berjuang melawan penindasan dan penjajahan. Frans Van De Pute juga pernah bekerja sebagai pegawai di sebuah pabrik gula besar di Jawa. Gerakan penentangan yang dilakukannya melalui bukunya yang berjudul "Sulker Contacten" atau "Kontrak Gula" dalam bahasa Indonesia.
Van Deventer, seorang ahli hukum dari Belanda dan tokoh dalam gerakan Politik Etis, dilahirkan pada 29 September 1857. Ia menentang kolonialisme pada abad ke-19 melalui gerakan humanis.
Melalui gerakan penentangannya, Van Deventer menuntut perubahan dalam hubungan yang bersifat satu pihak menjadi hubungan yang saling menguntungkan, setelah melihat perilaku bangsa Belanda dalam menjalankan kebijakan kolonial di Hindia Belanda.