Fakta ini menambah kontur pada narasi perjuangan Indonesia yang tidak hanya diwarnai oleh pertempuran, tetapi juga oleh ikatan kemanusiaan yang kuat.
Setelah tokoh nasional asal Purbalingga itu wafat, Presiden Soekarno memastikan bahwa sahabatnya yang berasal dari kampung yang sama dengan Siti Atikoh Supriyanti itu tetap diabadikan dalam sejarah.
Hal itu di lakukan Soekarno ketika membangun sebuah jalan besar dan penting pada tahun 1962 yang menghubungkan pusat kota dengan sebuah stadion yang saat itu merupakan salah satu stadion terbesar di dunia.
Soekarno menamai jalan tersebut "Jalan Jenderal Soedirman" sebagai penghormatan dan tanda persahabatan yang abadi antara keduanya.
Jenderal Soedirman, dikenal sebagai sosok pahlawan yang cerdas dan tumbuh jauh dari orang tua kandungnya. Ia memperoleh pendidikan dan pembinaan yang baik dari pamannya yakni, Raden Cokrosunaryo.