"Jadi acara ini digagas untuk mengajak seluruh tokoh lintas agama terlibat aktif menyampaikan dakwah kesehatan pada jamaahnya. Salah satunya ya bicara masalah stunting" ujarnya.
Dalam acara ini hadir puluhan tokoh lintas agama dan aliran kepercayaan, seperti Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Pelkesi, PHDI, Aliran Kepercayaan Bahai, Matakin dan beberapa organisasi Islam. Para tokoh lintas agama dan kepercayaan bersepakat kasus stunting merupakan pekerjaan rumah bersama demi menyiapkan masa depan bangsa.
Lily, salah satu pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaran workshop ini. Menurutnya, seorang tokoh agama yang menjadi sumber informasi masyarakat memang harus mampu menjelaskan berbagai isu termasuk stunting. "Saya berharap para tokoh agama menyampaikan isu ini dalam ajarannya agar tidak ditemukan lagi kasus gizi buruk anak ke depannya" kata dia.
Bentuk keseriusan para tokoh agama ini adalah mereka berhasil menyusun beberapa rekomendasi. Ada tiga domain utama yaitu advokasi, perubahan perilaku, dan monitoring atau pengawasan.
Dalam hal advokasi, tokoh agama harus mampu membangun komunikasi intensif dengan berbagai pihak, mulai pemerintah, swasta, sektor pendidikan, media dan pihak lainnya yang terkait. Tujuannya untuk menjaring kerja sama mengatasi masalah stunting.