Pada awalnya, Passapu digunakan oleh raja-raja, bangsawan, dan panglima sebagai penanda sosial.
Jika dipakai tegak berdiri, itu menunjukkan kesiapan untuk berperang, sementara jika agak terjatuh, itu menandakan kehadiran dalam acara adat.
Pada masa itu, Passapu digunakan bersama busana adat pria Makassar, termasuk baju, celana atau paroci, dan kain sarung atau lipa garusuk.
Saat ini, penggunaan Passapu di Makassar terbatas pada acara-acara ritual, penyambutan tamu pemerintahan, pesta pernikahan, dan kesenian.
Meskipun seiring waktu penggunaannya telah berubah, Passapu tetap menyimpan pesan moral, etika, dan estetika, menjadi lambang keluhuran dan kejantanan bagi masyarakat Sulsel.