“Contohnya bisa membuat orang mudah marah, padahal yang menyebabkan marah adalah smartphonenya. Sumber-sumber marah dan sumber-sumber agresi dapat berasal dari sarana prasarana yang seharusnya bisa membantu menjadi lebih cerdas,” tuturnya.
Tak cuma itu, penggunaan smartphone yang berlebih juga bisa membuat anak menjadi sosok yang tertutup dan kurang melakukan interaksi sosial.
Oleh karena itu, penggunaan smartphone pada anak-anak perlu dievaluasi secara kualitas dan kuantitas. Apakah sesuatu yang diakses dari smartphone bisa memberikan manfaat pada kinerja atau tidak.
“Perlu adanya evaluasi terkait dengan kuantitas, berhubungan dengan lama penggunaan dan fitur-fitur yang mereka akses. Kemudian secara kualitas dapat melihat manfaat dari adanya smartphone,” katanya.