Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada periode ini yaitu periode 2022-2027 telah melakukan banyak program terkait pencegahan krisis iklim dan deforestasi. Kita sebutkan sebagian saja; Pertama; Program Hutan berkemajuan yang merupakan inisiatif strategis Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang bertujuan mengembalikan fungsi ekologis hutan, memperkuat ketahanan iklim, serta mendorong peradaban hijau berbasis nilai keislaman dan kemajuan.
Program ini menekankan peningkatan kualitas dan luas tutupan hutan melalui kegiatan rehabilitasi, konservasi, pengelolaan berbasis masyarakat, dan edukasi ekologi di seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan: Workshop Pemberdayaan Hutan di Sumbar, Papua Barat Daya, Sumut, Riau, Bengkulu, Kalsel, Sulut, Banten, Jabar, Jogja dan Bali.
Kedua, Program Pelatihan Kader Lingkungan adalah program penguatan kapasitas yang diselenggarakan MLH-PP Muhammadiyah untuk mencetak kader-kader lingkungan yang memiliki kompetensi ilmiah, spiritual, dan sosial dalam advokasi, mitigasi bencana, pengelolaan ekologi, serta pendidikan publik.
Program ini bertujuan menumbuhkan pemimpin-pemimpin hijau Muhammadiyah yang mampu mendorong perubahan nyata di komunitas dan wilayahnya. Program ini sudah dilaksanakan di Sumut, Riau, Kalbar, Sulut, Banten, Jabar, Bali.
Ketiga, Program Adiwiyata Berkemajuan adalah model pendidikan lingkungan hidup berbasis sekolah Muhammadiyah yang menanamkan budaya cinta lingkungan, perilaku ramah alam, dan tata kelola sekolah hijau, dengan pendekatan progresif sesuai nilai-nilai Islam berkemajuan. Program ini sudah dilakukan di 112 sekolah di Jabodetabek.
“Dan ada beberapa program-program lain yang merupakan upaya Muhammadiyah dalam mitigasi perubahan iklim dan pelestarian lingkungan hidup seperti green qurban, green hajj, green deen, audit energi dan lain-lain,”tutup Djihadul.
Rahma Shofiana, Ummah for Earth Project Lead, Greenpeace Indonesia mengatakan, program-program seperti menanam pohon adalah inisiasi yang bagus, dan mengkompensasi emisi pribadi atau kelompok dengan menanam pohon kembali.
“Tapi jangan lupa ratusan hektar hutan yang dibabat habis lalu ditanami sawit atau dibuka menjadi pertambangan tidak bisa dikembalikan fungsinya dengan kita menanam pohon di kota atau di tempat lain. Butuh puluhan tahun untuk mengembalikan ekosistem spt hutan yang ditanami kembali, sementara dampak krisis iklim tidak bisa menunggu,” kata Rahma kepada iNews.
Menurutnya, ormas keagamaan harus bisa menjadi contoh dan panutan bagi masyarakat. Di daerah-daerah orang -orang msh sangat berkaitan erat dgn ormas agama.
“Ormas agama harusnya membuka dan mendorong inisiatif-inisiatif pelestarian lingkungan, melindungi hak komunitas adat dan masyarakat lokal, dan menjadi garda terdepan dalam membimbing umat utk aksi iklim,” tutur Rahma.
Kado hijau ini bukan sekadar simbol, tetapi langkah konkret untuk mengembalikan daya dukung lingkungan, memulihkan ekosistem, dan memastikan bumi tetap layak dihuni generasi mendatang.