Butet kemudian langsung membacakan puisi ‘Sajak Suara’:
Sesungguhnya suara itu tak bisa diredam, mulut bisa dibungkam.
Namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan dan lidah jiwaku
Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan, disana bersemayam kemerdekaan.
Apabila engkau memaksa diam aku, siapkan untukmu pemberontakan.
Sesungguhnya suara itu bukan perampok yang ingin merayah hartamu.
Ia hanya ingin bicara mengapa kau kokang senjata. Dan bergetar suara-suara itu menuntut keadilan.
Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata, ialah yang mengajari aku bertanya dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnya.
Apabila engkau tetap bertahan, aku akan memburumu seperti kutukan
"Terima kasih, tetap perjuangkan, menangkan Ganjar-Mahfud," katanya.