Sementara itu, Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi Titi Anggraini menilai, partisipasi pemilih perempuan di Indonesia memiliki karakter unik dengan angka partisipasi empat persen lebih tinggi dari pada pemilih laki-laki.
“Jadi, mereka pas pencoblosan kebanyakan ada di rumah dibanding laki-laki, dan pasti ke TPS. Makanya, pemilih perempuan yang menyampaikan hak pilihnya lebih banyak daripada laki-laki,” kata Titi.
Namun, begitu, pemilih perempuan harus didorong agar menjadi pemilih cerdas dan tidak hanya sebagai pemilih saja, melainkan aktif didalam perpolitikan itu sendiri.
“Kita ingin mereka menjadi pemilih. Lalu, masuk dalam pusaran politik gagasan dan terlibat dalam program visi misi kandidat,” tutur Titi, seraya menambahkan mengenai tantangan besar saat ini, yaitu bagaimana mentransformasi loyalitas pemilih perempuan menjadi pemilih perempuan yang berdaya.