Sementara itu, Airlangga Pribadi Kusman menyinggung gagasan theatre of the oppress atau teater kaum tertindas yang muncul pada 1970-an. Menurut dia, gagasan yang ditulis Sastrawan Augusto Boal itu menggambarkan perjuangan Bung Karno yang melawan penindasan oleh penjajah untuk mendorong pembebasan.
Dia menilai semangat itu kini sudah berbeda. Teater yang terpampang dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan mengacu ke kaum tertindas, melainkan menjurus ke theatre of the oppresor alias teater kaum penindas.
Dalam teater tersebut, kata Airlangga, rakyat tak diberi kesempatan untuk melakukan perubahan sosial.
"Menjadikan rakyat diam, takut, bungkam. Yang di dalam theatre of the oppresor ini berisi kisah drama Korea tentang pembungkaman, penipuan, politisasi hukum, dan berbagai macam intrik kekuasaan," tuturnya.