“Tentu seluruh nabi dan rasul Allah masuk surga, bukan saja nabi dan rasulnya, tapi pengikut setia para nabi dan rasul pun dijanjikan surga. Jadi surga bukan monopoli umat Islam, umatnya Nabi Muhammad,” katanya.
Islam Agama Cinta
Di sisi lain, Prof Nasaruddin mengatakan agama Islam pada hakikatnya bermakna cinta. Ummul Kitab jika dipadatkan maka intinya adalah Al-Fatihah yaitu “Allah maha pengasih dan penyayang”. Kata Ar Rahman dan Ar Rahim berasal dari satu kata “Rahimah” yang artinya cinta.
“Jika 6.666 ayat dipadatkan menjadi satu kata, permata itu adalah cinta. Jadi kalau ada mengatasnamakan Islam tapi isinya benci, marah. Itu bukan Islam. Kalau ada mengatasnamakan Islam, itu senang cinta,” lanjutnya.
Prof Nasaruddin mendorong para guru madrasah dan pesantren agar memberikan wawasan lebih luas kepada peserta didik. “Jangan sampai kita mendidik anak-anak untuk berpikiran sempit, seolah-olah akan melahirkan pertentangan. Oke kita memang berbeda, tapi tidak mesti perbedaan harus diselesaikan dengan pertikaian, pertengkaran, dan konflik,” tandasnya.
Prof Nasaruddin mengatakan Indonesia bukan negara Islam, namun terkadang jauh lebih Islami dari negara Islam. Dia membandingkan pengalaman hidup di Indonesia dengan negara Islam, Afghanistan, dimana masyarakatnya mengalami kesulitan ekonomi dan ancaman keamanan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan program LKLB sangat sejalan dengan visi Masjid Istiqlal untuk mewujudkan lembaga pemberdayaan umat yang menyuarakan moderasi Islam berwawasan Indonesia. Program LKLB sejauh ini telah memasuki kelas ke-6 dengan sejumlah mitra yang berbeda, termasuk Masjid Istiqlal.
“Kami sangat senang dan bangga dapat bekerja sama dengan Masjid Istiqlal, menjadi bagian ‘The New Istiqlal’ yang bersama kepemimpinan visioner Imam Besar Prof Nasaruddin Umar semakin aktif dan inovatif memperbanyak ruang-ruang perjumpaan antar sesama manusia yang berbeda agama dan kepercayaan,” kata Matius.