Hasto juga memastikan, pose satu jari yang diberikan Bima tersebut jauh dari unsur paksaan, karena masyarakat Indonesia saat ini mengetahui batas baik dan buruk terkait suatu dukungan.
“Masyarakat sendiri kan tahu basis etika ini ada baik ada buruk, ada putih ada hitam, ada yang memfitnah, ada yang difitnah. Ini kontradiksi yang muncul. Dengan kepemimpinan Pak Jokowi dengan simbol putih itu suatu hal yang baik,” ucapnya.
Sebelumnya, dukungan dari para tokoh di Kota Bogor kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo–KH Ma’ruf kembali mengalir. Salah satunya tampak pada acara silaturahmi awal tahun cawapres Ma’ruf Amin di Pondok Pesantren al-Ghazaly Jalan Cempaka, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (5/1/2019).
Di tempat itu, Ma’ruf awalnya disambut KH Muhammad Mustofa Abdullah Bin Nuh, sejumlah ulama, santri, dan tokoh parpol setempat. Namun belakangan datang juga Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiharto bersama wakilnya, Dedie Rachim.
Kedatangan Bima dan Dedie membuat suasana menjadi lebih ceria dan hangat. Seusai mencium tangan Ma’ruf Amin, Bima Arya langsung mengambil tempat. Saat awak media menanyakan kepada Bima Arya terkait kedatangannya apakah untuk mendukung Jokowi–Ma’ruf, kader PAN itu tidak menjawab secara panjang lebar melainkan mengacungkan satu jari.
“Jawaban saya cuma satu,” ujar Bima. Berhenti sejenak, sambil satu jari telunjuknya mengacung di hadapan wajah dan tersenyum.