Kemudian cara mendiagnosis hepatitis misterius ini, kata Zubairi, belum diketahui tes pastinya. Namun, yang jelas ada syarat bahwa pasien harus negatif terhadap hepatitis A-E, dan dengan kadar enzim transaksi Ade lebih dari 500 unit/liter.
“Belum ada tes yang memastikan. Tapi syaratnya adalah pasien harus negatif terhadap virus hepatitis A, B, C, D, E dan dengan kadar enzim transaminase lebih dari 500 unit per liter,” ucap Zubairi.
Siapa saja yang terinfeksi, menurut Zubairi mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rentang usia yang diidentifikasi terjangkit hepatitis misterius sejauh ini, dari bayi 1 bulan sampai remaja 16 tahun.
“Menurut WHO, rentang usia pasien yang diidentifikasi sejauh ini antara bayi berusia satu bulan hingga remaja berusia 16 tahun,” katanya.
Gejala yang dialami sebagian anak-anak adalah gastrointestinal yang kemudian diikuti penyakit kuning. Hasil tes laboratoriumnya juga menunjukkan tanda peradangan hati yang parah, serta sebagian besar anak mengalami demam.
“Sebagian besar anak-anak ini mengalami masalah gastrointestinal terlebih dahulu, diikuti penyakit kuning. Tes laboratoriumnya juga menunjukkan tanda-tanda peradangan hati parah. Sebagian besar anak tidak mengalami demam,” uja dia.
Sementara itu, soal dugaan terkait dengan vaksin Covid-19, menurut Satgas Covid-19 IDI ini, hipotesis tersebut tidak didukung data. Pasalnya, sebagian besar anak-anak yang terjangkit belum menerima vaksinasi Covid-19.
“Hipotesis ini tidak didukung data, karena sebagian besar anak-anak yang terkena hepatitis misterius ini justru belum menerima vaksinasi Covid-19,” tutup Zubair