JAKARTA, iNews.id – Ini bukan tentang Mulyono yang sedang heboh di jagat politik nasional. Mulyono satu ini sangat membekas di hati anak buahnya. Dia begitu dicintai dan dihormati karena kepemimpinan serta keteladanan yang ditunjukkan selama memimpin.
Mulyono yang ini tak lain Jenderal TNI (Purn) Mulyono, KSAD ke-31 (periode 15 Juli 2015–22 November 2018). Dalam dunia militer Indonesia, nama Jenderal Mul harum sebagai sosok sederhana, bersahaja, dan sangat menyayangi pasukannya. Kesederhanaan Jenderal Mul tak lepas dari didikan orang tuanya, pasangan Suyatno Yatno Wiyoto dan Pardinah.
“Keluarga Suyatno merupakan keluarga sederhana. Untuk menghidupi keluarga, sehari-hari Suyatno bekerja sebagai pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan. Penugasannya sebagai penjaga pintu air,” tulis buku biografi ‘Mulyono Sosok Jenderal, Sang Pembeda’ yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat pada 2018, dikutip Selasa (3/9/2024).
Suyatno-Pardinah tinggal di Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Mengingat pekerjaannya termasuk pegawai golongan rendah, Suyatno juga bertani untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bagi sebagian besar warga desa, bercocok tanam menjadi andalan.
Pada 12 Januari 1961 lahir jabang bayi laki-laki yang dinantikan Suyatno-Pardinah. Bayi itu diberi nama Mulyono. “Pemberian nama Mulyono yang merupakan anak ketiga ini mengandung maksud agar nantinya anak ini mempunyai sifat mulia atau membawa kemuliaan,” tulis Disjarahad.
Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Boyolali, Mulyono mendaftar kuliah di Universitas Gadjah Mada alias UGM, Yogyakarta. Orang tuanya memang berharap Mul dapat melanjutkan pendidikan tinggi. Suyatno bahkan berpesan Mul tak perlu mengkhawatirkan biaya meski sesungguhnya ekonomi keluarga juga pas-pasan.
Di kampus bergengsi itu, Mul tertarik dengan tiga jurusan yakni pertanian, peternakan dan dokter hewan. Ketertarikan ini tidak lepas dari ‘akar’ Mulyono yakni sebagai cah ndeso. Setelah tes, pada masa-masa menunggu pengumuman, Mulyono bermain ke rumah bibinya di Magelang.
Kedatangan itu kelak akan mengubah jalan hidup Mulyono. Bukan UGM yang menjadi pijakan karier anak ketiga dari tujuh bersaudara itu, melainkan TNI Angkatan Darat. Kok bisa? Semua bermula ketika ia mengantar bibinya ke pasar. Dalam perjalanan terlihat para Taruna Akabri (kini Akademi Militer atau Akmil) berjalan gagah.