Kantor perwakilan Prancis ini juga menyebut, dalam strategi melawan separatisme yang dikemukakan oleh Presiden Macron, yang menjadi sasaran hanya Islamisme radikal. Semua negara demokrasi, terutama Prancis dan Indonesia, sedang memerangi Islamisme radikal ini, yang menjadi penyebab serangan teroris di wilayah mereka.
Presiden Emmanuel Macron, lanjut Kedubes, menyatakan dengan jelas tidak ada maksud sama sekali untuk menggeneralisasi dan secara tegas membedakan antara mayoritas warga Muslim Prancis dengan minoritas militan, separatis yang memusuhi nilai-nilai Republik Prancis.
Untuk menguatkan argument tersebut, Kedubes Prancis juga mengutip pernyataan Dewan Peribadatan Muslim Prancis (CFCM), yang merupakan instansi resmi perwakilan umat Islam di Prancis dan menjadi mitra utama pemerintah. CFCM disebutkan telah mengutuk pembunuhan.
Mereka menyatakan,"Pembunuhan keji tersebut mengingatkan kita pada bencana yang sayangnya menandai realitas yang tengah kita hadapi : merebaknya radikalisme, kekerasan dan terorisme yang mengaku-aku atas nama Islam di negara kita, yang menimbulkan korban dari kalangan berbagai usia, berbagai kondisi dan berbagai keyakinan."
Kedubes Prancis menegaskan, mereka berterima kasih kepada para pengguna internet atas perhatian terhadap perkembangan berita di Prancis. Kedubes sekaligus ingin menegaskan kembali tentang posisi Prancis yakni untuk melindungi kebebasan fundamental dan menolak kebencian.
Namun respons Kedubes Prancis ini tetap menuai serangan dari warganet Indonesia. Mereka mengutuk pernyataan Macron yang dinilai telah menghina Islam dan menyiratkan pembolehan terhadap kartun Nabi Muhammad.