Merujuk data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Putri mengatakan, target mengufangi prevalensi merokok belum sepenuhnya berhasil karena setiap tahun konsumsi selalu meningkat. Menurutnya, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bappenas selama lima tahun, prevalensi tersebut ditargetkan menurun 5,4 persen
Bila tidak diintervensi, BPS mengestimasi akan naik terus dan pada 2030 mencapai 16 persen.
Dia menambahkan, data pada 2016 menunjukkan perokok dengan usia 13-15 tahun mencapai 18,3 persen. Berselang tiga tahun, jumlah naik sebanyak 0,9 persen menjadi 19,2 persen.
"Ini ancaman bagi generasi kita yang menghadapi bonus demografi, saat di mana usia produktif diharapkan dapat membesarkan bangsa ini. Tapi negara kita disebut dengan julukan negara baby smoker, ada anak-anak yang di bawah usia lima tahun menjadi perokok," ujarnya.