Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat, terutama generasi muda Papua diharapkan memiliki ketrampilan analitis, kritis, dan terlibat dalam diskursus publik secara konstruktif. Ini agar setelah pemekaran provinsi di Papua menjadi enam, generasi muda menjadi ujung tombak secara bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan.
Menanggapi hal tersebut, Argo kemudian mengungkap jika setiap suku-suku di Papua memiliki caranya sendiri-sendiri untuk menjaga keharmonisan diantara mereka.
Lalu, Cayetanus menambahkan salah satu cara yang bisa dilakukan mengasah ketrampilan literasi tadi, yaitu dengan memilih lingkungan yang positif termasuk di ruang digital.
"Sebisa mungkin juga tidak hanya di ruang digital, tapi dengan tetap memperhatikan keadaan lingkungan sekitar kita," tuturnya.
Pada kesempatan diskusi tersebut, para mahasiswa perantauan Papua mengemukakan keluh-kesahnya terkait pembangunan dan kondisi di Papua. Cayetanus juga mengemukakan tantangan penerimaan lingkungan saat di perantauan.