“Dengan listrik yang tersedia, koperasi desa diharapkan dapat mengembangkan fasilitas cold storage dan produksi es untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil tangkapan nelayan,” ujar Simon.
Sebagai bagian dari program tersebut, bantuan langsung diberikan kepada 200 kepala keluarga (KK), dengan sekitar 90 persen di antaranya berprofesi sebagai nelayan. Kehadiran cold storage dan mesin pembuat es yang tahan lebih dari delapan jam diharapkan dapat membantu menjaga kualitas hasil tangkapan.
Simon menjelaskan, dengan listrik dari PLTS, waktu operasional listrik di rumah warga dapat bertahan 12 hingga 24 jam, jauh lebih lama dibandingkan penggunaan genset diesel yang hanya mampu menyuplai listrik sekitar enam jam.
“Biaya listrik dari PLTS ini juga jauh lebih efisien, hanya sekitar sepertiga dari harga yang selama ini dibayarkan untuk penggunaan diesel. Hal ini tentu meringankan beban pengeluaran masyarakat,” katanya.
Program ini memprioritaskan desa-desa yang belum terhubung dengan jaringan listrik, dengan target 10.000 desa dari total 80.000 desa terpencil di Indonesia yang masih belum mendapatkan akses listrik.
“Selain itu, desa yang dipilih juga sudah memiliki aktivitas perekonomian yang berjalan, sehingga listrik dapat mendukung pengembangan ekonomi lokal,” katanya.
Sementara itu, Komisaris Utama Pertamina Mochamad Iriawan mengapresiasi langkah sinergi antara Pertamina dan Kemenkop dalam mendukung pengembangan Kopdes Merah Putih melalui penyediaan listrik berbasis energi terbarukan.
“Masih ada 5.000 titik yang akan di bangun oleh Pertamina. Saya mohon doanya agar hal tersebut bisa terlaksana,” katanya.