Menurut Menag, 200 nama itu hanya bersifat sementara. Kemenag akan memperbarui atau menyempurnakan berdasarkan masukan dari sejumlah ormas Islam dan pihak-pihak lain.
”Kami juga mencantumkan nomer kontak dalam bentuk WhatsApp untuk bisa menerima masukan tanggapan dari rilis yang dikeluarkan. Jadi itu sebagai call center agar publik bisa merespons rilis 200 mubalig ini, mungkin juga ada yang keberatan, mungkin ada yang menambahkan dan seterusnya," kata dia.
Lukman menuturkan, pro dan kontra yang berkembang saat ini dinilai karena ada pemaknaan yang salah terhadap rilis yang beredar. Ada sebagian kalangan yang hanya melihat rilis nama-nama tanpa memperhatikan pemberitaan yang menyertai daftar tersebut. Karena itu muncul tafsir beragam.
"Sebagaimana yang kami dapatkan masukan dan kritik, kenapa si A masuk, si B tidak masuk, kenapa ada ulama yang sangat terkenal itu tidak di situ tapi sementara ada yang tidak terlalu dikenal oleh masyarakat ada disitu dan seterusnya," kata dia.
Berbagai masukan dan kritik itu, menurut Lukman, akan menjadi bahan perbaikan. Di sisi lain Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sudah menggelar rapat untuk memverifikasi daftar ini.