Analisis dari Sudut Pandang IMC
Dari perspektif Integrated Marketing Communication (IMC), setidaknya ada tiga kesalahan mendasar dalam komunikasi publik pemerintah terhadap Gen Z.
Pertama, lemahnya segmentasi audiens. IMC menekankan pentingnya memahami karakter setiap segmen. Gen Z bukan sekadar “pemuda”, melainkan generasi yang hidup dalam ekosistem digital, kritis, multitasking, dan terbiasa menyaring informasi dalam hitungan detik. Tanpa riset khalayak yang mendalam, pesan pemerintah mudah kehilangan relevansi.
Kedua, kurangnya integrasi antar-kanal komunikasi. Pesan pemerintah sering tidak selaras antara kementerian, bahkan antara pejabat satu dan lainnya. Di televisi bicara A, di media sosial muncul B. Dalam prinsip IMC, pesan yang efektif harus konsisten di seluruh kanal, baik melalui siaran resmi, situs web, maupun platform digital. “One voice, multiple channels.”
Ketiga, komunikasi yang masih satu arah. Model komunikasi pemerintah masih banyak bersifat monologis, mengumumkan, bukan berdialog. Padahal, teori two-way symmetrical communication (James Grunig) menegaskan bahwa efektivitas komunikasi justru lahir dari interaksi dua arah yang saling menghargai umpan balik. Gen Z menilai pemerintah bukan dari seberapa sering bicara, tapi seberapa mau mendengar.
Dalam konteks IMC, publik bukan lagi sekadar penerima pesan, melainkan co-creator makna. Pemerintah seharusnya membuka kanal aspirasi digital, forum interaktif, kolom tanya jawab, atau sesi live streaming dengan pejabat publik, sehingga warga merasa dilibatkan, bukan digurui.