"Yang ingin saya garis bawahi adalah jika kita mempunyai sumber daya yang brilian dan banyak untuk bidang bisnis, maka seharusnya kita juga tidak kekurangan sumber daya yang brilian untuk bidang politik dan kebijakan publik," kata Bamsoet.
Mantan ketua Komisi III DPR RI ini menandaskan, usia muda bukan menjadi hambatan untuk menduduki pos-pos tertinggi negara. Sebut saja Sebastian Kurz yang menjadi kanselir Austria pada usia 31 tahun, kemudian ada Macron yang menjadi presiden Perancis dalam usia 39 tahun, atau Justin Trudeau yang menjadi perdana menteri Kanada pada usia 44 tahun.
"Kita melihat bahwa dunia tidak lagi menggunakan patronage system, melainkan merit system. Sehingga, siapa saja yang berprestasi akan berkesempatan dan berpotensi menjadi pemimpin. KNPI harus mampu menjadi embrio yang melahirkan para pemimpin bangsa," tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini mengingatkan, ada ancaman yang tidak kalah besar yang siap menerkam para pemuda. Sebagai contoh, Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat pengguna narkoba di Indonesia adalah yang terbesar di Asia, yaitu mencapai 5,1 juta orang. Ironisnya dari jumlah tersebut sebesar 40 persen adalah pemuda.
"Selain itu kita juga menghadapi permasalahan berupa tingkat pengangguran yang tinggi yang berkontribusi terhadap tingkat kriminalitas. Menurut data Badan Pusat Statistik mencapai angka 6,87 juta jiwa. Ancaman lain yang mengintai pemuda yaitu bertebarannya ideologi yang mengancam NKRI, panasnya perseteruan anak bangsa yang diakibatkan pertarungan Pemilu, maraknya hoaks yang disebabkan rendahnya minat baca dan masih banyak potensi-potensi permasalahan lainnya," urai Bamsoet.