JAKARTA, iNews.id - Keunikan upacara Tiwah Suku Dayak, Kalimantan, menarik untuk diketahui. Tiwah merupakan upacara kematian di Suku Dayak yang juga penganut Hindu Kaharingan serta bagian dari kepercayaan turun temurun.
Suku Dayak memiliki keyakinan bahwa kematian perlu disempurnakan melalui ritual lanjutan agar roh bisa hidup tenteram bersama Ranying Hatalla atau sang pencipta di lewu tatau (surga).
Inilah tujuan upacara Tiwah, mengantar arwah ke lewu tatau. Selain itu, Tiwah juga bertujuan sebagai melepas sial bagi keluarga yang ditinggalkan, bentuk penghormatan kepada roh, serta tanda bakti kepada para leluhur.
Upacara Tiwah tergolong ritual yang membutuhkan banyak biaya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan, seperti menyediakan makanan, hewan untuk dikorbankan, dan sesaji. Makanan dan daging disajikan untuk tamu dan membuat sesaji untuk roh leluhur dan roh halus. Oleh karena itu, upacara Tiwah biasanya digelar untuk beberapa jenazah, melainkan bisa sampai puluhan.
Prosesi ritual Tiwah biasanya dibimbing basir (pemimpin adat) dan dilaksanakan selama 7 hingga 40 hari.
Dalam upacara ini, kerangka jenazah diambil dari liang lahat dan dibersihkan, kemudian diletakkan di Sandung, sebuah rumah kecil terbuat dari kayu bulat utuh dengan ukuran sekitar 9x12 meter persegi.
Menurut Ina Malania dalam tulisannya berjudul "Ritual Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung Tulang: Studi Kasus Keluarga Gi dan Keluarga Ru Di, Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan", sebelum kerangka jenazah diletakkan di Sandung, ada beberapa ritual yang harus dilalui, yakni tarian, suara gong, bukung, dan lainnya.