Selagi duduk di bangku sekolah atas itu, Adjat terbilang aktif. Prestasi di kelasnya juga tidak buruk. Sempat mendapat undangan PMDK dari perguruan tinggi di Jawa Tengah, tapi tidak diambil karena orangtua tak mengizinkan.
Mengikuti pesan bapak dan mamak, begitulah Adjat memanggil orangtuanya, saat masuk kuliah dia selalu semangat untuk belajar hingga menjadi juara, mahasiswa berprestasi dua tahun berturut-turut, dapat beasiswa, hingga lulus dengan IPK tertinggi.
“Belajar yang rajin, gak usah mikir biaya. Biar emak dan bapak yang usaha,” ujarnya, mengenang.
Pesan itu menjadi pelecut. Setelah lulus S1 Adjat langsung mencari kerja. Perjalanan itu mengantar dia menjadi jurnalis televisi. Meski tak sesuai dengan ilmu hukum yang digelutinya, dia tetap merasa senang dan bangga.
“Yang terpenting waktu itu bisa kerja tidak membebani orang tua,” ujarnya. Toh, pekerjaan sebagai jurnalis televisi itu dia nikmati hingga kini.