Kecintaan Djatikusumo kepada Tanah Air dan loyalitas yang sangat tinggi terhadap pimpinan tidak diragukan lagi. Klaim itu dibuktikan saat Djatikusumo diperintahkan mengambil meriam dalam perjalanan ke Solo pada pertempuran Semarang.
Setiba di Solo, Djatikusumo mendapat telegram dari Urip Sumoharjo untuk segera ke markas komando di Jakarta. Namun baru sampai Cikampek, Markas Urip Sumoharjo sudah dipindah ke Bandung, sehingga Djatikusumo memutuskan kembali ke Solo untuk berada di tengah-tengah anggotanya.
Sayangnya, posisi Djatikusumo telah digantikan begitu tiba di Solo. Sehingga dia tak lagi memiliki jabatan.
Mendapat informasi akan ada perluasan divisi, Djatikusumo memutuskan ke Yogyakarta untuk bertemu Urip Sumoharjo. Saat itu, Djatikusumo ditawari untuk memilih jabatan.
Dia lalu memilih kembali bertugas di Semarang memimpin Divisi IV yang berlokasi di Salatiga meliputi Pekalongan, Semarang, dan Pati dengan pangkat Mayor Jenderal (Mayjen) pada November 1945 hingga Juni 1946.
Tak lama, Djatikusumo dipindahtugaskan menjadi Panglima Divisi V Ronggolawe. Selain dipindah, pangkat Djatikusumo juga diturunkan lebih rendah dua tingkat, yakni kolonel.
Penurunan pangkat tersebut akibat kebijakan Reorganisasi dan Rasionalisasi (RERA) di TNI. Dengan kebijakan itu, Djatikusumo memiliki jabatan yang sama namun dengan kolonel. Meski pangkatnya diturunkan, hal itu tidak menyurutkan semangat pengabdian Djatikusumo sebagai prajurit TNI.
“Yang penting bukan jabatannya, tetapi yang penting tugasnya,” ucapnya.
Hingga akhirnya, pimpinan militer mengangkat Djatikusumo sebagai KSAD pertama dalam Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang bermarkas di Benteng Vredenburgh, Yogyakarta terhitung sejak Februari 1948. Pengangkatan Djatikusumo berdasarkan penetapan Presiden Nomor 14 Tahun 1948 tertanggal 14 Mei.
Tidak hanya itu, pada November 1948 Djatikusumo dipercaya untuk merangkap jabatan sebagai Gubernur Akademi Militer (AM) di Yogyakarta dengan pangkat tetap kolonel. Setelah setahun menjabat sebagai KSAD, pada 1949 jabatan sebagai orang nomor satu di Angkatan Darat diserahkan kepada Kolonel AH Nasution.