Riwayat pendidikannya yang cukup mendukung serta menjalani tugas militer dengan baik, mengantarkan Rais Abin dalam tugas yang lebih berat yaitu menjadi panglima pasukan perdamaian PBB.
Rais Abin dipercaya sebagai Panglima United Nations Emergency Forces (UNEF) II pada tahun 1976-1979. Suatu pasukan perdamaian dari PBB yang terdiri lebih dari 4.000 tentara yang berasal dari berbagai negara di dunia, yaitu Australia, Austria, Kanada, Finlandia, Ghana, Indonesia, Irlandia, Nepal, Panama, Peru, Polandia, Senegal, dan Swedia.
UNEF II bertugas menjaga perdamaian antara Mesir dan Israel setelah perang Yom Kippur (Oktober 1973). Berkat lobi dan diplomasinya, Rais Abin berhasil mempertemukan Presiden Mesir, Anwar Sadat dengan PM Israel, Menachem Begin.
Kemudian dilanjutkan dengan perundingan perjanjian damai di Camp David, dan diakhiri dengan penandatanganan perjanjian damai antara Mesir dan Israel yang dilakukan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, yang disaksikan Presiden AS, Jimmy Carter pada tahun 1979. Rais Abin menjadi satu-satunya jenderal Indonesia yang memimpin ribuan tentara dari seluruh dunia tersebut.
Usai tugas pasukan perdamaian UNEF II berakhir, Rais Abin yang kala itu sudah berpangkat Mayjen, diperintahkan kembali ke Tanah Air. Setelah Rais menjalani penugasan di Markas Besar ABRI, Presiden Soeharto mengirimnya ke Malaysia sebagai duta besar. Pangkatnya pun dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal.
Meski pun Indonesia dan Israel tidak pernah memiliki hubungan diplomatik, Rais memperoleh persetujuan dari Perdana Menteri Israel saat itu Shimon Peres dan Knesset untuk menjadi komandan UNEF II yang diakui.
Rais Abin meninggal di Jakarta pada Kamis, 25 Maret 2021 pada usia 95 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Keesokan harinya, mendiang Rais Abin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan dengan upacara yang dipimpin oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Bakti Agus Fadjari.