“Komitmen besar selalu dikedepankan Kiai Ma’ruf. Kebijakan-kebijakan yang ditawarkan selalu pro-rakyat. Mengakomodir kepentingan masyarakat luas. Tidak memandang latar belakang tertentu saja. Semua untuk kemaslahatan bersama. Dan, masyarakat selalu menerimanya dengan terbuka,” ujarnya.
Syauqi menerangkan, keberpihakan kepada rakyat pun mengantarkan Ma’ruf kembali menjadi anggota DPRD DKI Jakarta pada Pemilu 1977 melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat itu, PPP menjadi fusi dari partai-partai Islam. Bersama PPP, Ma’ruf duduk sebagai pimpinan Komisi A yang membidangi urusan pemerintahan.
Dalam perjalanannya, Ma’ruf melanjutkan khidmahnya bersama NU dan menjadi motor forum diskusi keagamaan (bahtsul masail). Aktivitas ini mengukuhkannya sebagai ulama yang disegani. Sosoknya sebagai kiai ternyata tidak kalah dengan pamornya sebagai politisi.
Menurut Syauqi, kolaborasi Ma’ruf bersama capres Jokowi menjadi formulasi terbaik. Ma’ruf, kata dia, tetap konsisten dengan teori Arus Baru Ekonomi Indonesia yang menekankan ekonomi berkeadilan. Formulasi ini bisa memangkas disparitas antara kaya dan miskin secara signifikan.
“Paslon 01 Jokowi-Ma’ruf merupakan paket terbaik. Sinergi ideal bagi kemajuan negeri ini. Kapabilitas Pak Joko Widodo dalam membangun Indonesia di periode pertama sangat luar biasa. Untuk itu, sudah seharusnya kepemimpinan Presiden Joko Widodo dilanjutkan,” kata putra Ma’ruf Amin ini.
Sementara itu Ma’ruf dalam banyak kesempatan menegaskan siap membantu Jokowi dalam memajukan Indonesia. Dalam konteks hubungan masyarakat, Ma’ruf menegaskan bahwa persatuan harus menjadi landasan penting dalam menjaga keutuhan NKRI. ”NKRI sudah final, menjadi pilar negara bersama Pancasila dan UUD 1945,” kata dia.