Agar sesuai isi perintah Operasi 02/05/1968, semua Banser yang bergerak bersama TNI mengenakan seragam Hansip/Wanra. KH Maksum Djauhari Komandan Banser Pesantren Lirboyo Kediri, ikut terjun langsung dalam operasi penumpasan.
"Saya sendiri waktu itu ya pakai seragam Hansip, berkeliling sampai pedalaman Blitar dan Malang Selatan," kata Gus Maksum dalam Banser Berjihad Menumpas PKI.
Isi utama dari Perintah Operasi 02/5/1968 adalah menghancurkan proyek basis PKI Blitar Selatan. Di bawah Komandan Satgas Operasi Trisula Kolonel Infantri Witarmin, perang dimulai.
Pos Komando Pertempuran diletakkan di wilayah Kademangan. Pengepungan besar-besaran dilakukan di wilayah Suruhwadang, Maron dan Ngeni (SMN), yang merupakan desa-desa proyek mutlak PKI Blitar Selatan. Untuk meringkus kader dan simpatisan PKI yang bersembunyi di tengah warga, TNI menerapkan taktik pagar betis.
Di bulan Juni 1968. Banser yang berpakaian Hansip, personel TNI dan masyarakat berderet panjang hingga puluhan kilometer. Mulai dari Suruhwadang hingga Maron. Pengepungan tersebut diikuti dengan aksi penggeropyokan kilat.
Pasukan Operasi Trisula juga bergerak intensif di seluruh perbatasan Blitar Selatan di wilayah Tulungagung dan Malang. Wilayah perbatasan terbongkar sebagai jalur keluar masuk kurir PKI dari Surabaya dan Malang.