Garis perjuangan mulia Panglima Besar Jenderal Sudirman tidak lepas dari kehidupan masa kecilnya. Jiwa dan raganya dibentuk oleh lingkungan keluarga yang taat menghayati ajaran Islam.
Sudirman lahir 24 Januari 1916 di Kampung Bodas, Dukuh Rembang, Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah. Dia lahir dari seorang ibu bernama Siyem, dari garis keturunan darah biru atau ningrat, Wedana Rembang. Ayahnya bernama Karsid Kartowirodji, seoran pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas.
Ketika usianya baru enam tahun, ayahnya meninggal dunia. Raden Tjokrosoenaryo, paman Sudirman kemudian berinisiatif untuk mengasuhnya. Dalam asuhan sang paman, Sudirman kecil dididik dengan pelajaran agama secara ketat di bawah bimbingan Kyai Haji Qahar.
Oleh pamannya, Sudirman juga dimasukkan ke Hollandsch Inlandsche School. Dua tahun, pada pada 3 Juli 1922, Sudirman pindah ke Sekolah Taman Siswa yaitu sekolah nasionalis yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Tamat dari Taman Siswa, Sudirman melanjutkan pendidikannya di sebuah Sekolah Menengah Pertama di Wirotomo. Setelah lulus, Sudirman melanjutkan pendidikannya di sekolah guru milik Persyarikatan Muhammadiyah di Solo dan tidak sampai tamat.
Selanjutnya, setelah pamannya pensiun sebagai camat, Sudirman dan keluarganya hijrah ke Manggisan, Cilacap. Di sana dia ikut merintis pendirian Hizbul Wath, sebuah organisasi Kepanduan Putra yang didirikan oleh Persyarikatan Muhammadiyah.