Sejak awal, pria kelahiran Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini menunjukkan sifat keprajuritan yang menonjol. Saat operasi Batalyon 328 di Timor Timur pada Oktober 1988 hingga November 1989, Gebo menunjukan keberaniannya sebagai prajurit TNI. Dalam berbagai kontak tembak, Gebo selalu berada di depan.
Hingga pada suatu saat, timnya menemukan jejak musuh. Ketika jejak itu diikuti, Gebo berhasil menemukan camp yang merupakan tempat persembunyian para gerilyawan.
Setelah mengamati dari jauh, Gebo memutuskan untuk menyusup dan menyerang camp tersebut dari dekat. Gebo kemudian memimpin anak buahnya merayap sejauh ratusan meter. Gebo pun akhirnya berhasil masuk ke tengah-tengah camp tempat persembunyian musuh.
Mereka melakukan serangan mendadak dan berhasil menimbulkan korban pada musuh. Sayangnya, dalam pertempuran tersebut dia tertembak mati.
"Berkat keberaniannya, Gebo dianugerahi Bintang Sakti oleh pimpinan. Dia gugur di Timor-Timur waktu saya pimpin Batalyon. Luar biasa heroik berani merayap sampai 3-4 km masuk ke camp-nya musuh. Dia di depan memimpin enam orang. Masuk camp gerilya yang (ditempati) 20 orang. Dia menyerang, luar biasa heroik,” kata Prabowo.
Presiden Fretilin, Nicolao Lobato Tewas di Tangan Pasukan Prabowo
Sepak terjang pasukan Nanggala-28 di bawah pimpinan Kapten Prabowo Subianto dalam Operasi Seroja di Timor Timur cukup diperhitungkan. Dalam operasi militer berskala besar ini pasukan Prabowo disebut-sebut berhasil menewaskan Presiden Fretilin Nicolao Lobato.