Selain itu, Zubir memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal tersebut terlihat dari sosoknya yang tidak pernah melupakan keluarganya di Indonesia, ia sangat sering membantu keluarga kandungnya di Sumatera dan keluarga yang mengadopsinya di Singapura dengan mengirimkan obat-obatan dan berbagai macam bantuan lainnya. Padahal pada saat itu, beliau bukanlah seorang yang lebih dari cukup.
Bagi Zubir, uang dan harta bukanlah prioritas hidupnya meskipun uang memang hal vital yang dibutuhkan oleh setiap keluarga di mana pun. Namun, ia yakin bahwa bisa bertahan menghidupi keluarganya dengan mengajar dan menulis lagu saja.
Jujur dalam bekerja, termasuk mengutamakan keorisinilan dalam berkarya adalah sebuah prinsip utama yang selalu Zubir terapkan. Zubir Said pun mengembuskan napas terakhir di usia 80 tahun pada 16 November 1987 di Joo Chiat Place, Singapura.
Zubir Said meninggal karena mengidap penyakit kuning. Zubir meninggalkan seorang istri dan lima orang anak. Adapun, karya lagu di antaranya adalah Sang Rembulan, Sayang Disayang, Cinta, Selamat Berjumpa Lagi, Nasib Malang, Anak Daro, Setangkai Kembang Melati dan Kumang dan Rama-Rama.
Zubir pernah menerima beberapa penghargaan, di antaranya adalah :
>Certificate of Commendation and the Public Star Service (1962)
>Jasawan Seni award conferred by eight Malay Cultural Organizations (1971)
>Asean Cultural and Communication Awards (1887)
>Lifetime Achievement Award conferred by the Composers and Authors Society of Singapore (1995)
>Certificate of Commendation from the Amalgamated Union of Public Employees for composing the AUPE song.
Itulah kisah Zubir Said yang merupakan warga negara Indonesia pencipta lagu kebangsaan Singapura. Semoga kisah di atas bisa menjadi sebuah motivasi hidup untuk kita semua ya!