Pada hari kedua, mereka pindah ke Hotel 88. Formasi masih sama, Priyanto sekamar dengan Lala dan Dwi Atmoko sekamar dengan Achmad Sholeh.
"Terdakwa sekamar dengan siapa?" tutur Brigjen Faridah bertanya.
"Siap, dengan saudara Lala ini," ucap Priyanto menjawab.
Setelah acara rapat evaluasi intel selesai di Jakarta, Priyanto melanjutkan perjalanan menuju Cimahi dan mengantarkan Lala pulang. Kemudian, Priyanto beserta kedua anggotanya sempat singgah kembali di hotel.
Sosok Lala pertama kali diungkapkan pada sidang di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, Jakarta Timur, Selasa (15/3/2022) lalu, terungkap sosok perempuan bernama Lala yang disebut-sebut sebagai teman perempuan Kolonel Priyanto.
Sosok Lala ini diungkap oleh Kopda Andreas Dwi Atmoko, sopir terdakwa Priyanto yang dihadirkan sebagai saksi dalam sidang kasus tersebut.
Sebelumnya, dalam pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, Priyanto dihadirkan secara langsung di ruang sidang utama. Ia dijerat dakwaan gabungan, yakni Pasal Primer 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana jo Pasal 55 ayat 1 KUHP tentang Penyertaan Pidana, Subsider Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.
Kemudian subsider pertama Pasal 328 KUHP tentang Penculikan juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP, subsider kedua Pasal 333 KUHP Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Orang juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP. Lalu subsider ketiga Pasal 181 KUHP tentang Mengubur, Menyembunyikan, Membawa Lari, atau Menghilangkan Mayat dengan Maksud Menyembunyikan Kematian jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.
Berdasarkan Pasal 340 KUHP yang dijadikan dakwaan primer, maka hukuman mati, penjara seumur hidup atau selama rentang waktu tertentu, atau paling lama 20 tahun penjara menanti Priyanto.