Hikmawatty mengatakan, KPAI merasa sangat prihatin dengan semakin banyaknya kasus ditemukan anak-anak yang meminum rebusan pembalut. Karena itu, deteksi dini terhadap perubahan perilaku anak-anak yang tidak memiliki alasan wajar perlu menjadi perhatian para orang tua agar menjadi lebih waspada.
Sesuai data yang masuk di KPAI, kata Hikmawatty, kasus remaja mengonsumi air rebusan pembalut bukanlah hal baru. “Pada saat kami tangani kasus penyalahgunaan PCC 2017 lalu juga sudah kami temui (kasus seperti itu), tapi jumlahnya relatif kecil,” tuturnya.
Dia menjelaskan, upaya mencari alternatif zat yang dapat membuat mabuk, tenang, ataupun gembira, awalnya didapatkan remaja secara coba-coba. “Jadi kalau kita mengenal beberapa golongan psikotropika di luar narkoba, maka beberapa ‘zat temuan’ para remaja itu termasuk kelompok eksperimen psikotropika. Minum air rebusan pembalut juga di dapat dari coba-coba, selain fenomena lain seperti ngelem dan lain-lain,” kata dia.