Menurut Asep, obrolan tersebut akan mengarah ke hasil profiling yang telah dilakukan. Di antaranya soal hobi hingga keluarganya.
"Ngobrol dulu, cerita-cerita tentang keluarganya, cerita tentang hobinya, cerita tentang segala macam," ucapnya.
Selain itu, penyidik akan menggunakan bahasa daerah asal saksi yang diperiksa. Misalnya jika saksi berasal dari Jawa, penyidik akan coba menggunakan bahasa Jawa.
"Dia lahir di Jawa, ya kita ngobrol pakai bahasa Jawa, 'gimana, mbak, atau pak, piye kabare?' seperti itu. 'saking pundi, pak asline?', seperti itu," katanya.
Lebih lanjut, Asep mengatakan, urutan pertanyaan akan dilakukan berdasarkan informasi kesalahan utama yang dilakukan saksi atau tersangka.