Peperangan dimulai sekitar 90 menit setelah batas waktu yang ditetapkan Amerika Serikat bagi Saddam Hussein untuk meninggalkan Irak atau menghadapi perang telah berlalu. Sasaran pertama kemudian dihantam oleh Amerika Serikat dengan rudal jelajah Tomahawk dari pesawat pembom tempur dan kapal perang AS yang ditempatkan di Teluk Persia.
Menanggapi serangan tersebut, radio Republik Irak di Baghdad mengumumkan bahwa ada pihak jahat, dan musuh Tuhan, tanah air, serta umat manusia yang telah melakukan agresi bodoh terhadap tanah air dan rakyat Irak.
Segera setelah invasi Amerika Serikat ke Irak, Saddam Hussein bersembunyi dan berbicara kepada rakyatnya hanya melalui rekaman audio sesekali. Sikap menyerah Saddam Hussein itu membuat pasukan koalisi mampu menggulingkan rezimnya dan merebut kota-kota besar Irak hanya dalam waktu tiga minggu.
Kekacauan di Irak itu juga mendapat dukungan dari sebagian rakyat yang merasa tidak puas dengan rezim Saddam Hussein. Selama 24 tahun kepemimpinan, Saddam Hussein memang telah melakukan banyak pembunuhan massal terhadap rakyat Kurdi di utara dan rakyat Syiah di selatan Irak.
Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh Amerika Serikat untuk membentuk Operation Iraqi Freedom atau Pembebasan Warga Irak. Negara adidaya itu mengaku ingin memerdekakan rakyat Irak dari kediktatoran.