JAKARTA, iNews.id - Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) mengusulkan pembentukan Angkatan Siber untuk melengkapi tiga matra yang sudah ada pada TNI yakni Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto menjelaskan alasannya.
Dia menjelaskan dalam kajian skenario geopolitik, ancaman utama Indonesia yaitu serangan siber yang diawali dari pertarungan antara Amerika Serikat dengan China.
"Ancaman utama bagi Indonesia ke depan adalah pertarungan antara Amerika Serikat dengan China yang kemudian berpengaruh ke Indonesia. Perang antara AS dan China, apakah karena Taiwan, apakah karena Laut China Selatan, apakah karena freedom of navigation yang kemudian berpengaruh ke Indonesia," kata Andi di Kantor Lemhannas, Jakarta Pusat, Senin (18/9/2023).
Andi menjelaskan potensi ancaman terhadap Indonesia saat ini bukan bersifat langsung.
"Dalam kajian skenario geopolitik, kami kemudian menemukan ancaman utama untuk Indonesia ke depan itu bukan negara X menyerang Indonesia. Negara X misalnya berniat untuk menguasai Natuna sebagai bagian dari wilayahnya. Negara X misalnya ingin menguasai katakanlah Papua sebagai bagian dari wilayahnya. Bukan itu," ujarnya.
Dia memprediksi situasi 80 tahun yang lalu akan terulang yakni perangnya bukan tentang Indonesia. Namun seperti pada 1942 yakni perang antara Jepang dan Amerika Serikat di Pasifik.
"Desember 1941, Jepang menyerang Pearl Harbour, pada Maret 1942 karena Jepang membutuhkan energi, membutuhkan minyak, Jepang masuk Balikpapan. Perangnya bukan antara Jepang dan Hindia Belanda, tetapi perang antara AS dan Jepang," katanya.
Ketika itu terjadi, maka Amerika Serikat dan China akan menguasai beberapa titik strategis Indonesia sebagai lompatan logistik dua negara tersebut.
"Maka serangan pertama mereka pasti serangan siber. Serang pertama mereka di era seperti ini pasti serangan siber. Kalau mereka ingin melakukan mengokupasi suatu titik di Indonesia, serangan pertama mereka pasti serangan udara," katanya.