JAKARTA, iNews.id - Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) mengecam keras tayangan yang menyudutkan pesantren dan ekosistemnya. Organisasi yang menaungi 14 ormas Islam ini menilai, narasi negatif dalam tayangan tersebut menyebarkan kebencian serta mendiskreditkan dunia pesantren.
Ketua Umum LPOI, KH Said Aqil Siroj mensinyalir, adanya sindikasi jahat anti-pesantren dan anti-Islam. Menurutnya, tayangan tersebut bukan hanya sekadar menyebarluaskan kebencian dan mendiskreditkan dunia pesantren, tetapi juga membuktikan sel-sel radikalisme telah menyusup ke seluruh lini. Tindakan itu berusaha menghancurkan pesantren sebagai salah satu pilar bangsa.
Karena itu, LPOI meminta publik mewaspadai berkembangnya sel-sel radikalisme yang masih menyusup di berbagai lini serta menggunakan berbagai topeng profesi untuk menghancurkan pilar-pilar penopang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Mereka berusaha menghapus peran pesantren, pimpinannya, serta umat Islam yang nyata-nyata telah berjasa, berjuang, dan berkontribusi pada kemerdekaan Indonesia. Ini merupakan bentuk pelecehan terhadap umat Islam," kata Said Aqil Siroj, dalam keterangannya, Selasa (14/10/2025).
Kiai Said yang juga Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mensinyalir ada upaya pembunuhan karakter yang terstruktur dan sistematis untuk menghancurkan dunia pesantren dan ekosistemnya. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena pembiaran terhadap realitas ini berpotensi menimbulkan kegaduhan berkepanjangan dan konflik horizontal yang akan mengganggu stabilitas nasional.
"Negara harus hadir dan tegas melindungi pesantren. Pelaku penyebaran narasi jahat tidak boleh berhenti hanya karena sudah meminta maaf. Kesengajaan yang dilakukan sudah cukup menjadi alat bukti untuk ditindak tegas agar ke depan tidak ada lagi yang mencoba menghancurkan citra pesantren dan umat Islam."
Sebagai pengasuh pesantren, Kiai Said menegaskan pesantren telah eksis sejak sebelum kemerdekaan dan terus berkontribusi nyata bagi bangsa. Pesantren mencerdaskan masyarakat, memperjuangkan kemerdekaan, memberdayakan umat, serta menjadi problem solver atas realitas kebangsaan Indonesia.
"Jangan disepelekan. 24.000 jejaring pesantren dan potensi umat Islam adalah kekuatan sosial yang nyata. Jangan sampai mereka tergerak melakukan perlawanan terhadap kejahatan informasi dan pemberitaan," katanya.