Dalam kesempatan itu, Mahfud juga menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara kesepakatan dari pertentangan tokoh-tokoh pendiri bangsa yakni Soekarno (Bung Karno) dan Mohammad Natsir.
“Saya singgung sedikit, karena ini memang dulu ada pertentangan yang tajam antara kelompok yang ingin negara sekuler yang diwakili oleh Bung Karno, itu 1938 jelas bahwa kalau Indonesia besok akan merdeka harus menjadi negara sekuler seperti Turki dibawah Kemal Ataturk, itu tulisanya sampai pada waktu itu. Kata Bung Karno pada waktu itu, kalau negara disatukan dengan agama itu negara mundur,” ungkap Mahfud.
Lalu, kata Mahfud, ada Natsir yang menegaskan jika ingin mendirikan negara demokrasi harus negara Islam. “Kalau mau demokrasi beneran ya negara Islam, karena Indonesia mayoritas Islam ya harus negara Islam, nah disitu Islam menyediakan seluruh perangkat yang diperlukan di zaman modern.”
Namun, kedua pemikiran tersebut akhirnya disatukan dan bermuara untuk mendirikan negara Pancasila. “Nah itulah pertentangan yang sangat tajam lalu bermuara pada lahirnya tidak Soekarno, tidak Natsir tapi Soekarno dan Natsir dan umat Islam dan seluruh rakyat yaitu kesepakatan bahwa kita mendirikan negara Pancasila. Disitu semua perbedaan disatukan,” kata Mahfud.