Menurutnya remaja bahkan anak-anak memiliki peluang untuk terpapar ideologi radikal. Dia mengatakan hal itu tidak semua dialami anak-anak yang berada di lingkungan berideologi radikal dan hanya beberapa saja.
"Jangankan remaja, di bawah itu banyak yang sudah terpapar ideologi ISIS. Bahkan mereka sudah ikut dilatih, tetapi ini saya tidak anggap semuanya, ada beberapa saja," ujarnya.
Dia berharap, pemerintah dapat mendata pasti jumlah warga negara Indonesia (WNI) eks ISIS untuk mencegah tindakan nekat mereka memaksa masuk kembali ke Indonesia. Menurutnya, jumlah pasti dari WNI eks ISIS, terutama anak-anak sangat sulit didapat.
"Setelah beberapa tahun mereka juga beranak-pinak. Ada yang melahirkan anak yang banyak. Bahkan dari satu pria yang hijrah ke sana, bisa menikahi empat perempuan, dan rata-rata sudah melahirkan. Jumlahnya sudah banyak," tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) menyatakan data terbaru warga negara Indonesia (WNI) eks ISIS yang berada di kamp penampungan Suriah dan Turki mencapai 1.276 orang. Angka tersebut meningkat drastis dari sebelumnya yang hanya 689 orang.
Menkumham Yasonna Hamonangan Laoly mengungkapkan, dari ribuan WNI eks ISIS itu, sebanyak 297 masih memiliki paspor Indonesia. Dia mengaku, data tersebut sudah tervalidasi.
"Perkembangannya sampai hari kemarin, (dari data yang dikumpulkan) BNPT dan Densus, 1.276 (orang) dan tervalidasi mempunyai paspor Indonesia datanya lengkap 297," katanya saat rapat kerja (raker) dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/2/2020).