Lahir di Booskop, Belanda 13 Mei 1914, Muhammad Idjon Djanbi disebut sebagai tokoh yang sangat berpengaruh bagi Kopassus. Dirinya adalah mantan perwira instruktur Pasukan Khusus Belanda. Dia sempat menjadi sopir ratu Belanda saat bertugas.
Pada tahun 1952, Kolonel Alex Kawilarang memanggil Idjon untuk menjadi pelatih bagi sebuah pasukan elit demi menumpas DI/TI. Dia pun menerima tawaran itu dan mengasah mental serta fisik para anggota TNI AD terpilih agar menjadi prajurit tangguh dan memiliki kualitas tinggi.
Kemudian, pada 1952 Idjon diminta untuk memimpin dan mendirikan Kesatuan Komando Teritorium III. Baginya, ini bukan hal mudah karena keterbatasan peralatan, dana dan sumber daya manusia.
Namun karena kegigihan dan kesabarannya, Idjon berhasil membentuk sebuah pasukan komando yang mumpuni. Meskipun telah menjadi WNI, Idjon tak luput dari rumor kurang sedap. Banyak pihak beranggapan bahwa dia adalah mata-mata Belanda dan kerap disangkutkan dengan pihak intelijen Belanda.
Beberapa pihak yang tidak suka dengan Idjon terus berupaya menggeser Idjon ke posisi yang tidak nyaman baginya. Pada 1956, hal itu terjadi. Idjon marah dan tak terima karena merasa disingkirkan. Akhirnya, dia memutuskan untuk keluar dari TNI. Idjon berpulang pada 1 April 1977 di Yogyakarta.