JAKARTA, iNews.id - Tanggal 26 Agustus 1883 atau 138 tahun silam, Selat Sunda diguncang letusan Gunung Krakatau. Letusan dahsyat itu konon mencapai benua Eropa dan menyebabkan perubahan cuaca serta iklim secara global.
Bahkan, letusan Krakatau menimbulkan tsunami setinggi dua meter. Sejumlah literatur menyebutkan letusan Gunung Krakatau yang disusul bencana tsunami itu menyebabkan puluhan ribu bahkan hingga ratusan ribu warga Banten dan Lampung kehilangan nyawa.
Permukiman penduduk di dua provinsi tersebut, terutama yang berada di tepi pantai habis tersapu oleh tsunami. Bencana alam dahsyat ini membuat Hindia Belanda (Indonesia kala itu) dan dunia berkabung.
Letusan Gunung Krakatu pada 1883 bukanlah yang pertama. Gunung berapi ini pernah meletus pada 1680 namun hanya menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada 1880, Gunung Perbuwatan, gunung api di sebelah Krakatau aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus.
Setelah itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Puncaknya terjadi pada 26 Agustus 1883, Krakatau meletus dan mengempaskan semua energi serta material yang dikandungnya.
Jejak dahsyatnya letusan Gunung Krakatau dibuktikan dengan benda-benda laut yang terlempar sangat jauh hingga ke tengah-tengah kawasan permukiman penduduk di Telukbetung, Kota Bandar Lampung.