MALANG, iNews.id - Kakawin Pararaton menjadi salah satu rujukan penting dalam menelusuri jejak sejarah Kerajaan Majapahit. Naskah kuno ini mengisi celah informasi yang tidak ditemukan dalam Kakawin Nagarakretagama.
Berbeda dengan Nagarakretagama yang hanya mencatat peristiwa hingga tahun 1365 Masehi, Pararaton menyajikan kisah-kisah lanjutan mengenai kehidupan Majapahit dan beberapa kerajaan lain di Jawa.
Meskipun memuat banyak informasi sejarah, Pararaton dianggap sebagai sumber sekunder. Hal ini karena penulisannya terjadi jauh setelah peristiwa yang diceritakan berlangsung.
Karena itu, sejarawan menilai pentingnya mencocokkan isi Pararaton dengan sumber primer, seperti prasasti atau dokumen yang lebih tua. Hal ini dilakukan untuk menjaga keakuratan sejarah yang disampaikan.
Kakawin Pararaton pertama kali diteliti secara serius oleh JLA Brandes, ahli aksara dan bahasa kuno asal Belanda. Dia ditugaskan Pemerintah Hindia Belanda untuk menyelidiki sejarah Jawa Kuno.
Dalam penelitiannya, Brandes membaca dan menerjemahkan naskah-naskah kuno, termasuk Pararaton yang disimpan di Lembaga Bataviaasch Genootschap, cikal bakal Museum Nasional.