Hasto juha menjelaskan terkait ancaman minus growth di beberapa kota dengan TFR di bawah 2,1. “Yogya rata-rata melahirkannya sudah di bawah 2, Yogya ini sudah 1,9. Makanya hati-hati daerah-daerah tertentu seperti DKI, Bali, DIY bisa mengalami minus growth,” ucapnya.
Hal ini, menurutnya, karena rata-rata pendidikan di DI Yogyakarta tinggi. Kemudian, rata-rata nikah perempuan di DI Yogyakarta sudah di atas 22 tahun. Namun, dirinya juga terus mengingatkan agar perempuan tidak berusia terlalu tua saat melahirkan.
“Perempuan itu usia suburnya setelah umur 35 sudah decline, turun. Telur perempuan kalau sudah 38 tahun itu sudah tinggal 10 persen, ya hati-hati,” katanya.
Bonus Demografi dan Pendapatan Perkapita
Bonus demografi di Indonesia menutup lebih cepat. Negara sebenarnya medapatkan kesempatan kaya dan pendapatan perkapita masyarakat bisa naik cepat pada periode bonus demografi. Pada 2035, Indonesia harus berhati-hati karena lansia sudah jauh lebih banyak dibandingkan jumlah anak-anaknya.
Sementara pada 2035, umumnya lansia berpendidikan tetapi memiliki ekonomi rendah. Menurut Hasto, saat menjadi berat untuk menaikkan pendapatan perkapita karena yang bekerja sedikit.
“Kalau seandainya sekarang angka stuntingnya sudah tinggi, kemudian kualitasnya nggak bagus, terus jumlahnya sedikit, waduh berat sekali menyangga beban,” ujarnya.
Selain Menteri Kesehatan dan Kepala BKKBN, High Level Meeting Komite Kebijakan Sektor Kesehatan Triwulan II juga dihadiri oleh Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti; Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan Abdul Kadir; Ketua Komisi Pengawasan, Monitoring, dan Evaluasi, Muttaqien; Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Rizka Andalusia; dan para pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama Kementerian/Lembaga.