Rambu-rambu petunjuk evakuasi, lanjutnya, masih kurang. Perlu diperbanyak dan disediakan di tempat-tempat yang memang biasa dikunjungi orang. Lalu jalur evakuasi juga harus diperbanyak serta jembatan menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang terputus harus diperbaiki.
"Untuk teman-teman Tagana (Taruna Siaga Bencana), saya minta untuk bantu pemetaan evakuasi, hambatannya apa, serta aksesnya seperti apa," kata Mensos.
Ketiga, menggunakan kearifan lokal. Menurut Mensos, kearifan lokal yang sudah ada dapat digunakan karena telah teruji sejak lama. Mensos mencontohkan tsunami di Aceh yang salah satu dampaknya dirasakan di Kabupaten Sumeulue.
"Di sana waktu saya lihat korban yang jatuh tidak banyak. Ternyata ada kearifan lokal seperti bangunan-bangunan rumah yang berupa kayu gitu semacam tahan gempa. Masyarakat (secara turun temurun) juga bisa membedakan gempa yang berpotensi tsunami dan mereka segera lari ke atas bukit. Hal-hal seperti itu yang bisa kita gali," katanya.
Terkait pembangunan shelter atau tempat pengungsian sementara akan didiskusikan dengan pihak terkait, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur.