Manuhua kemudian membagi pasukannya menjadi dua tim kecil. Bersama tujuh anggotanya, Manuhua melakukan perang gerilya di hutan belantara, mengobrak abrik kekuatan Belanda. Beberapa kali Manuhua dan pasukannya terlibat kontak senjata dengan tentara Belanda yang melakukan patroli.
Pertempuran demi pertempuran dialami Manuhua dan pasukannya. Setelah berhari-hari berada di dalam hutan lebat tanpa perbekalan, Manuhua dan pasukannya memutuskan turun dan masuk ke permukiman warga sekitar untuk mencari makanan.
Kedatangan Manuhua langsung diterima oleh warga setempat. Mereka lalu memberi Manuhua dan pasukannya sagu. Untuk memulihkan tenaga, Manuhua memutuskan untuk bermalam di salah satu rumah di perkampungan tersebut.
Ketika waktu menunjukkan pukul 03.00, salah seorang penduduk meminta Manuhua dan pasukannya pindah ke sebuah rumah yang lebih aman. Tanpa curiga, Manuhua mengikuti permntaan penduduk setempat yang ternyata itu adalah jebakan.
Manuhua dan pasukannya dikepung dan dihujani tembakan dari segala arah. Meski kekuatan musuh jauh lebih besar dengan persenjataan lengkap, namun hal itu tidak membuat gentar Manuhua. Dengan gagah berani, Manuhua bertempur habis-habisan. Sayangnya, dalam pertempuran yang tidak seimbang tersebut, Manuhua gugur. ”Saat itu, terdengar dengan jelas pembicaraan tentara Belanda yang mengatakan kalau LU I Manahua dan anak buahnya sudah mati semua kecuali satu yaitu dirinya,” ucap Sutarmono, anak buah Manuhua yang berhasil selamat.