JAKARTA, iNews.id - Pakar dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menilai bahasa Indonesia jauh lebih layak dijadikan bahasa kedua ASEAN dibanding dengan bahasa Melayu. Apa katanya? Simak di sini.
Dosen di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sekaligus pakar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) UNS Kundharu Saddhono menolak wacana yang menyebutkan bahwa bahasa Melayu akan dijadikan bahasa kedua ASEAN. Sebab, bahasa Indonesia memenuhi syarat-syarat bahasa internasional.
“Memang kalau kita lihat kaitannya dengan syarat-syarat bahasa internasional, bahasa Indonesia jauh lebih unggul daripada bahasa Melayu,” tutur Kundharu dikutip dari laman resmi UNS, Jumat (15/4/2022)
Lebih lanjut, ia menjelaskan ada tiga aspek yang membuat bahasa Indonesia lebih layak jadi bahasa kedua ASEAN daripada bahasa Melayu. Pertama, saat ini terdapat lebih dari 270 juta penduduk Indonesia yang pada umumnya memakai bahasa Indonesia sehingga bahasa Indonesia memiliki jumlah penutur yang lebih banyak.
Kemudian dari aspek program BIPA, kata Kundharu, sudah ada ratusan lembaga penyelenggara program BIPA di luar negeri. Dalam keterangannya, saat ini sudah banyak perguruan tinggi luar negeri yang membuka Prodi Bahasa Indonesia. Bahkan, Prodi PBSI sendiri telah mengirimkan beberapa mahasiswanya untuk magang di perguruan tinggi luar negeri guna mengajarkan bahasa Indonesia.
“Di prodi, kita sudah memagangkan mahasiswa di luar negeri. Contohnya di Yale University yang merupakan top ten universitas di dunia. Kita sudah mengirimkan sepuluh mahasiswa untuk mengajar di sana. Kemudian ada juga di Thailand dan Turki. Jadi, kita mengirim mahasiswa untuk magang di berbagai perguruan tinggi di luar negeri untuk mengajarkan bahasa Indonesia dan merupakan salah satu gerakan untuk internasionalisasi bahasa Indonesia,” ucap Kundharu.