“Tantangannya adalah bagaimana kita mencari solusi dalam keterbatasan, karena waktu pembelajaran berkurang. Sementara kita harus mengejar target kurikulum PJJ. Selain itu, kita harus mencari pola komunikasi yang tepat dengan orangtua sebagai mitra di rumah dalam memantau belajar siswa,” katanya.
Menurut Melly, pandemi mengharuskan dirinya untuk lebih kreatif dalam menyiapkan materi dan bahan ajar. Dirinya juga kerap meluangkan waktunya lebih lama setiap harinya untuk memeriksa dan memberikan penilaian.
“Pandemi ini mengharuskan kita untuk terus berinovasi. Misalnya, ketika harus menyiapkan video pembelajaran, setelah menyiapkan videonya, kita juga harus mengoreksi hasil yang dibuat anak-anak. Beda kalau tatap muka, ketika anak-anak diberikan materi dan latihan, saat itu langsung dikoreksi dan dibahas, di sinilah tantangannya,” ujar Melly.
Itulah kisah perjuangan guru Oniwati dan Melina Muhajah yang masih terus menyalakan api semangatnya untuk mengajar di tengah keterbatasan masa pandemi. Selain mereka berdua, tentunya masih banyak para guru yang saat ini terus berjuang demi mencetak generasi masa depan yang berkualitas.
Sejalan dengan revolusi mental, setiap guru pun diuji integritasnya sebagai pengajar dengan berpikir kreatif dan berinovasi untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sesuai perkembangan jaman. Mereka memegang teguh prinsip bahwa pendidikan harus berjalan dengan baik, bagaimana pun situasinya, sebagai bentuk perwujudan Indonesia Melayani.
Tak berlebihan rasanya jika para guru mendapatkan apresiasi setinggi-tingginya atas dedikasinya yang tidak pernah mengenal kata lelah dalam melakukan terobosan baru dalam mendidik anak-anak Indonesia. Semua itu demi semangat bersama agar Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.
(CM)