Mentan SYL mengatakan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya meningkatkan produksi bahan pangan utama, yaitu bahan pangan pokok, salah satunya adalah beras. Dengan produksi yang semakin meningkat tersebut, diharapkan ketersediaan terjaga dan kebutuhan masyarakat luas dapat terpenuhi.
"Apa yang dilakukan di Ngawi ini, produksi padinya jauh lebih tinggi dibanding daerah lainnya, yakni mencapai 8 ton per hektare, padahal ini bukan sawah irigasi tapi menggunakan pompa air, tapi perlakuanya oleh petani cukup baik. Daerah lain hanya 6 ton per hektare," ucapnya.
Pihaknya juga mengatakan bahwa Presiden Jokowi memerintahkan untuk memperbanyak dryer, power thresher, dan combine.
"Oleh karena itu, perintah Bapak Presiden untuk perbanyak dryer, power thresher, bahkan karena harga gabah lebih tinggi menggunakan combine dibanding sabit," tutur Mentan SYL.
Mentan SYL menambahkan, Panen Raya Padi Nusantara yang ditinjau langsung oleh Presiden Jokowi merupakan rangkaian panen bersama 1 juta hektar. Luas panen padi secara keseluruhan pada Februari 2023 mencapai 1,2 juta hektare, Maret 2023 mencapai 1,7 juta hektare, dan April 2023 sebanyak 1,15 juta hektare.
"Saya jamin ketersediaan pangan kita aman, bahkan bukan cuma beras. Dalam menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri, kita sudah lakukan validasi di 16 provinsi dan semua sudah siap. Ini tentu kolaborasi berbagai pihak untuk mengatur stok sehingga tidak ada pedagang yang stok terlalu banyak yang mengakibatkan sorted ditempat lain," kata Syahrul.
Ketua Poktan Pangkursari Desa Kartoharjo Karni menyampaikan ungkapan terima kasihnya atas kunjungan Presiden dan Menteri Pertanian di Ngawi. Dia mengungkapkan, saat ini harga gabah dengan panen manual berkisar Rp4.700 sampai Rp4.900 per-kilogram, sedangkan dengan combine berkisar Rp5.000 sampai Rp5.500.
"Kita bersyukur harga gabah panen ini tinggi meskipun harga gabah panen dengan combine jauh lebih tinggi dari pada manual. Terima kasih Pak Presiden dan Pak Mentan sudah terus memperhatikan kami," ucap Karni.